Biawak Mengais Makanan di Tempat Sampah: Dampak Lingkungan di Cagar Alam Tangkubanparahu Palabuhanratu

Warta Empat
By -
0

Foto : Biawak mengais makanan diantara tumpukan sampah di Cagar Alam Tangkuban Parahu


WART4, Sukabumi - Di Cagar Alam Tangkuban Parahu, sebuah papan besar bertuliskan "Dilarang Membuang Sampah di Tempat Ini" berdiri dengan tegas. Namun, larangan tersebut tampaknya diabaikan oleh masyarakat yang tetap membuang sampah sembarangan.


Dilansir dari detikJabar, Senin (7/10/2024), tumpukan sampah yang berserakan menjadi pemandangan umum di sepanjang Jalan Panyawelan, Palabuhanratu. Seekor biawak berukuran sekitar 1,5 meter tampak mengais sisa makanan di antara plastik dan popok sekali pakai, mencerminkan kondisi yang memprihatinkan di kawasan yang seharusnya dilindungi.


Deni, seorang warga setempat, menyoroti masalah ini. "Sering sekali saya melihat orang membuang sampah sembarangan di sini. Ini jelas berdampak buruk bagi lingkungan," keluhnya.


Ujang, warga lainnya, menambahkan bahwa perilaku ini tidak hanya dilakukan oleh penduduk lokal. "Banyak juga pengunjung dari luar yang seenaknya membuang sampah. Tidak ada pengawasan yang ketat," ujarnya.


Kurangnya pengawasan dan rendahnya kesadaran masyarakat membuat kawasan ini terancam pencemaran. Ujang berharap agar ada tindakan tegas. "Jika tidak segera ditangani, lingkungan dan satwa di sini akan semakin terancam," tuturnya.


Di sisi jalan, terdapat papan peringatan mencolok yang memperingatkan akan ancaman sanksi pidana sesuai Peraturan Daerah (Perda) No. 13 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Sampah. Pelanggar dapat dikenai pidana kurungan hingga dua bulan atau denda maksimal Rp 15 juta. Sayangnya, realitas di lapangan menunjukkan bahwa sanksi ini tidak efektif menekan perilaku membuang sampah sembarangan.


Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi, Prasetio, yang dihubungi detikJabar, berjanji akan segera mengambil langkah cepat. "Kami akan segera membersihkan sampah ini sebagai respons cepat terhadap permasalahan ini," ujarnya.


Ia juga menambahkan bahwa DLH akan memperkuat koordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk menangani masalah ini secara lebih terorganisir. "Kami akan berkoordinasi lebih intens dengan BKSDA untuk meningkatkan pengawasan di kawasan ini," tambahnya.


Isep Mukti Miharja, Kepala Resor Konservasi Wilayah VI Sukabumi, menekankan pentingnya komunikasi dengan masyarakat sekitar. "Sampah sering dibuang begitu saja, dan tanpa komunikasi yang baik, sulit mengendalikan perilaku ini," katanya.


Fenomena biawak yang mencari makan di antara tumpukan sampah ini hanyalah gambaran kecil dari masalah yang lebih besar: kerusakan lingkungan akibat perilaku manusia. Jika kesadaran dan tindakan nyata tidak segera diambil, kawasan konservasi ini berpotensi menjadi tempat pembuangan sampah yang tak terkendali.



Red/BS

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)