Foto proklamasi hasil jepretan Frans Mendur mengabadikan momen pembacaan naskah proklamasi oleh Sukarno, didampingi Mohammad Hatta, di Jalan Pegangsaan Timur 56, 72 tahun yang lalu.
Selama ini, masyarakat Indonesia hanya mengenal sedikit foto pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, namun ada dugaan bahwa masih banyak foto lain yang belum terungkap.
Foto terkenal yang memperlihatkan Sukarno membacakan Proklamasi di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, diabadikan oleh Frans Soemarto Mendur. Foto ikonik ini seakan menjadi satu-satunya bukti visual peristiwa bersejarah tersebut, padahal sebenarnya masih ada beberapa foto lain yang belum banyak diketahui.
Pada 17 Agustus 1945, Frans bersama kakaknya, Alex Impurung Mendur, memotret peristiwa Proklamasi. Sayangnya, Alex tertangkap tentara Jepang dan foto hasil jepretannya 'dimusnahkan'.
Foto-foto karya Frans yang berhasil diselamatkan menjadi bukti sejarah dan pertama kali diterbitkan di Harian Merdeka pada Februari 1946. Frans berhasil menggulung rol film dan menyembunyikannya di kantor Harian Asia Raya yang tidak jauh dari Tugu Proklamasi sekarang.
Keluarga Mendur mengklaim bahwa sebenarnya ada lima foto Proklamasi yang mereka simpan. Foto-foto tersebut memperlihatkan Sukarno membaca Proklamasi, penaikan bendera, teks proklamasi yang ditulis tangan, teks proklamasi yang diketik, dan Mohamad Hatta saat upacara.
Namun, klaim keluarga Mendur ini diragukan oleh fotografer senior sekaligus kurator Galeri Foto Antara, Oscar Motuloh. Dari penelitiannya, Oscar menemukan 13 foto lain hasil jepretan Frans Mendur pada 2012, yang sempat dipamerkan di Galeri Foto Jurnalistik Antara dan kini tersedia dalam aplikasi augmented reality 'Histori Masa Depan'.
Oscar menduga masih ada foto-foto lain yang tersembunyi. Dia berpatokan pada fakta bahwa rol film pada waktu itu biasanya memiliki kapasitas 12, 24, atau 36 frame, sementara keluarga Mendur mengklaim rol Frans hanya berkapasitas enam frame.
Kisah Hidup Mendur Bersaudara
Pierre Mendur, kerabat mereka, mengisahkan bagaimana Frans nekat naik kapal penumpang rute Bitung-Surabaya tanpa uang atau tiket pada 1942. Di Surabaya, Frans diangkat anak oleh Soemarto, sehingga nama tengahnya menjadi 'Soemarto'. Alex, yang sudah bekerja sebagai wartawan foto di Jakarta, kemudian mencari adiknya ke Surabaya dan mengajaknya ke Jakarta untuk belajar memotret.
Keduanya bermukim di Jalan Matraman Raya di Jakarta. Pada Agustus 1945, Alex bekerja sebagai editor foto di Kantor Berita Domei (sekarang Antara), sedangkan Frans bekerja sebagai wartawan foto di Asia Raya.
Menurut artikel yang dimuat Harian Merdeka pada Februari 1946, Frans awalnya ragu tentang rencana Proklamasi, namun ia tetap berangkat ke Pegangsaan Timur pada pagi hari 17 Agustus 1945. Ketika Sukarno dan Hatta keluar dari ruangan untuk upacara, sorakan 'Merdeka' menggema di udara.
Frans meninggal pada Juni 1971 di Jakarta dan dikubur di TPU Karet. Alex meninggal pada Desember 1985 dan dikubur di TPU Pandu, Bandung. Kuburan Frans sekarang sudah tertutup oleh makam lain, dan keluarganya masih mencari letak kuburnya.
Peran Penting Mendur Bersaudara dalam Sejarah Indonesia
Oscar Motuloh menyebut kakak-beradik Mendur sebagai orang-orang pro-Republik yang memiliki pengalaman kuat di dunia jurnalistik. Setelah kemerdekaan, mereka bergabung dengan Harian Merdeka dan kemudian mendirikan kantor berita foto IPPHOS pada Oktober 1946.
Foto-foto karya Mendur bersaudara memainkan peran penting dalam mendokumentasikan peristiwa-peristiwa penting dari 1945 hingga 1974. Foto-foto mereka kini dikelola oleh Kantor Berita Antara.
Harapan untuk Gelar Pahlawan Nasional
Keluarga Mendur berharap kedua wartawan foto tersebut dapat dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Oscar Motuloh sependapat bahwa mereka sangat layak mendapat gelar tersebut karena kontribusi mereka dalam menyelamatkan identitas Indonesia melalui dokumentasi visual.
Sejarawan Asvi Warman Adam juga menggaris bawahi pentingnya kehadiran Mendur bersaudara dalam Proklamasi Kemerdekaan. "Tanpa foto-foto mereka, apakah kita bisa yakin bahwa Proklamasi benar-benar terjadi?" ujar Asvi.
Oscar menekankan bahwa pemerintah Indonesia harus berusaha menyelamatkan dan menjaga foto-foto bersejarah yang mungkin masih tersembunyi.
Red/S : bbc.com
Posting Komentar
0Komentar