WART4 - Seorang nelayan Indonesia telah menemukan sebuah kapal selam drone yang mencurigakan.
Menurut para ahli, kemungkinan kapal selam tak berawak itu milik China.
Kapal selam tersebut ditemukan di perairan rute maritim strategis dari Laut China Selatan ke Australia.
Menurut media lokal, kendaraan bawah air tak berawak (UUV) ditemukan pada 20 Desember di dekat Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Benda itu diserahkan kepada polisi enam hari kemudian, lalu dipindahkan ke pos militer.
Pengamat militer mengatakan jika kapal selam itu tampaknya merupakan UUV Wing Laut China (Haiyi).
Kapal selam drone ini dikembangkan oleh institut otomasi Shenyang di Akademi Ilmu Pengetahuan China.
Secara publik, kapal selam itu dideskripsikan sebagai alat pengumpul data termasuk suhu air laut, salinitas, kekeruhan, dan tingkat oksigen. Informasi tentang arus dan arah gerakan dikirimkan secara real time.
Temuan mengejutkan ini disebarluaskan dengan diunggah ke dalam akun sosial media Twitter oleh akun @Jatosint.
Dikutip dari TribunTravel pada Kamis (31/12/2020), dalam unggahan itu disematkan pula informasi tentang berat, panjang, dan informasi lain dari kapal selam tersebut.
Menurut outlet yang berfokus pada militer Naval News , data UUV bisa sangat berharga bagi perencana angkatan laut, khususnya untuk operasi kapal selam.
“Semakin banyak angkatan laut yang mengetahui perairan (Indonesia), semakin baik pula kemampuannya untuk menyembunyikan kapal selamnya.”
China telah dituduh melakukan aktivitas ekspansionis di Laut China Selatan yang disengketakan dan telah melakukan penelitian oseanografi secara luas di wilayah yang diyakini penting secara militer.
Pada 2019 China melakukan survei laut di utara Papua Nugini, tempat AS dan Australia mengoperasikan pangkalan angkatan laut bersama di Pulau Manus, dan pada Maret tahun ini di dekat Pulau Christmas, wilayah Australia di barat laut benua utama. Kapal selam diketahui secara teratur transit di daerah tersebut, ABC melaporkan.
Seorang analis keamanan Indonesia, Muhammad Fauzan, mengatakan kepada ABC bahwa pesawat tak berawak itu kemungkinan besar memetakan rute kapal selam di masa depan, mengingat pesawat itu ditemukan jauh dari perairan China dan di rute laut yang signifikan antara China dan kota paling utara Australia, Darwin.
Fauzan mengatakan ada pertanyaan signifikan seputar apakah drone itu, jika merupakan instrumen China, digunakan untuk pengumpulan intelijen atau survei ilegal.
“Setidaknya ini ketiga kalinya drone semacam itu, yang saya dan banyak orang termasuk ahli yakini sebagai kapal selam drone bawah air buatan China, ditemukan di wilayah perairan Indonesia,” katanya.
“Tapi mungkin penemuan terbaru ini lebih signifikan karena pertama kalinya, dilaporkan bahwa kapal selam drone tersebut masih aktif ketika para nelayan menemukannya.”
“Mereka mengatakan bahwa kapal selam drone masih bergerak dan lampunya masih berkedip serta sensor depan masih berfungsi (ketika ditemukan). Dan ini pertama kalinya kami mendengar bahwa militer secara terbuka mengatakan bahwa mereka telah mengamankan kapal selam drone tersebut dan sedang melakukan penyelidikan penuh terhadap kapal selam drone itu yang menurut laporan terbaru, saat ini sedang dilakukan di markas armada kedua Indonesia, angkatan laut di Surabaya.”
Varian lain dari Sea Wing UUV ditemukan oleh nelayan Indonesia pada Maret 2019 di Kepulauan Riau yang lebih dekat ke Laut Cina Selatan, dan satu lagi pada Januari tahun ini di Jawa Timur.
Pada Desember 2016, sebuah kapal angkatan laut China menemukan dan menyita drone bawah air AS di perairan internasional dekat garis pantainya yang sedang dalam proses pemulihan oleh Angkatan Laut AS.
“Kapal angkatan laut China ASR-510, sebuah kapal kelas Dalang III, mendekati dalam jarak 500 yard dari (kapal AS) Bowditch, meluncurkan sebuah kapal kecil, dan menyita UUV,” kata Pentagon dalam sebuah pernyataan pada saat itu.
UUV hanya dikembalikan setelah insiden meningkat, menurut laporan Theguardian.
Mekanis non-listrik dan konsumsi energi rendah membuat kapal selam drone dapat digunakan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, menurut media pemerintah China.
Sebuah laporan mengatakan UUV telah diuji dan digunakan di Laut China Timur, Laut China Selatan, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik.
Sea Wings telah menghabiskan lebih dari 6.400 hari di laut, mengamati lebih dari 160.000 km dan mencapai kedalaman 7.076 meter di palung Mariana.
Pada Februari 2020, kementerian sumber daya alam China mengatakan China telah mengerahkan 12 UUV Sea Wing di Samudra Hindia untuk penelitian ilmiah.
( Red/S : Tribun Travel )
Posting Komentar
0Komentar